Sejarah Terbentuknya FNE (Flying Never Ending)
Official Twitter of FNE

Flaying Never Ending adalah suatu komunitas kecil dari sekumpulan pemuda yang hendak sharing dan menjadi keluarga besar, dan tidak seperti yang dipandang banyak orang akan sisi negative sebuah komunitas. Kami membentuk komunitas ini atas dasar saling menghargai, saling membantu, hubungan kekeluargaan, dan solidaritas. Kami tidak membandingkan satu sama lain di komunitas ini yang terpenting adalah kebersamaan lebih baik dibandingkan permusuhan.

Pada awalnya komunitas ini bukan bernama Flying Never Ending melainkan Team Bocah Sekolah (TBS) yang terbentuk sejak tahun 2012 lalu. Kami turun dan berlangkah bersama-sama saling menjaga diri dan teman bersama. Asal usul digantikanya nama komunitas ini yang semula TBS menjadi FNE adalah karena komunitas ini hendak merubah arah tujuan komunitas ini menjadi berbeda dengan yang lainya. Dengan arti FNE Flying Never Ending adalah terjemahan dari Terbang Tanpa Henti bermaksud supaya para anggota FNE turut berupaya dalam mencapai pencapaian cita-citanya tanpa henti, semua berikut campur dalam urusan setiap masalah yang ada bermaksud dalam makna solidaritas.

“Kita kecil, tapi naluri kita besar untuk menghadapi sesuatu yang besar”

“Hidup seperti Burung hantu, tak banyak bicara, selalu melihat apa yang terjadi, lalu ambilah hikmahnya, berlajarlah dari kesalahan, lalu terbang selamanya sesuai arah masing-masing”

“Hidup seperti burung hantu, Tenang dalam pembawaan, fokus dalam pemikiran, tatap dengan tatapan yang tajam, teriaklah jika merasa ada beban, ambil tindakan dan terbanglah dengan  sayap yang ada (Sayap=Jiwa)”.

Beberapa masalah yang ada di Komunitas ini mulai bulan april tahun 2014 sudah banyak bermunculan, mulai dari isu akan dibubarkanya FNE oleh berbagai pihak yang tidak bersahabat, dan tidak setuju dengan komunitas kami. Kami sudah mengambil tindakan, tetapi masih saja ada yang membuat masalah. Memang perawalan dari sebuah komunitas tak jarang topan menerpa. Tetapi kami selalu tenang, dan ambil tindakan dan anggaplah masalah itu hanya suatu cobaan dan sebuah kewajiban bagi kita supaya menjaga benteng kita, dan bukan jadi pengecut.”

16 komentar: